Skip to main content

Resolusi di Tahun Baru

Sudah sangat lumrah, di setiap pergantian tahun, banyak orang mulai membuat resolusi baru. Misalnya punya mobil baru, rumah baru, turun berat badan 10kg, atau sixpack dalam 6 bulan. Resolusi baru yang diiringi dengan motivasi baru. Namun tidak sedikit juga yang tidak memiliki motivasi untuk membuat resolusi baru. Dan mulai mencari kisah-kisah motivasi untuk menambah motivasi di tahun baru. Nah, mungkin Anda salah satunya, karena sampai ke web ini. Well, sahabat motivasi, Anda sudah berusaha membuka laptop atau smartphone, membuka web browser,  dan mengetikan alamat website ini lalu mulai membaca kisah motivasi, Anda sudah cukup termotivasi...!!! Yak, segera tutup web ini dan mulai lah membuat resolusi baru dan kejar targetnya. Selamat Tahun Baru!

Ini seharusnya tidak boleh terjadi

Baru-baru ini saya mengadakan sebuah konferensi di kota tempat saya tinggal. Bila Anda pernah menyiapkan hal seperti ini, tentu Anda akan menghayati, tantangan yang berat dan melelahkan. Semakin berat tekanan yang kita bebankan pada diri sendiri agar semuanya berjalan dengan sempurna, semakin tinggi keteganggan yang kita rasakan.

Banyak teman menganggap saya adalah seorang petualang. Ya, saya suka bertualang. Mencoba hal baru, bertemu orang baru, belajar budaya baru, dan tentu saja mencicipi makanan khas yang baru di lidah saya.

Namun, saya bukanlah seorang petualang tanpa persiapan. Semuanya sudah saya persiapkan. Mulai dari obat-obatan, budaya daerah yang akan dikunjungi dan situasinya.

Begitu juga saat saya mempersiapkan konferensi ini. Selama satu atau dua tahun saya berkutat dengan ide konferensi ini hingga saya rasa beres semuanya. Saya mendekati calon pembicara utama dan memastikan kehadiran mereka di konferensi. Saya memesan lokasi konferensi dan menu makanan berbulan-bulan sebelumnya.

Malam hari sebelum pertemuan, saya beserta sekretaris mengunjungi lokasi acara untuk memastikan segala sesuatunya telah sesuai. Akan tetapi, yg kami temukan adalah bencana. Bersama-sama kami menghabiskan beberapa jam untuk menyiapkan ruangan baru dan menata ulang. Saya berpikir, ini seharusnya tidak boleh terjadi.

Setelah selesai, saya kembali dirumah, dan kembali bencana. Pembicara utama membatalkan kehadirannya di konferensi kami. Ada kerabatnya yang meninggal dunia. Yah.. saya tidak bisa menyalahkan beliau, bahkah saya berempati atas kemalangan yang dialaminya. Namun, saya tetap berpikir, ini seharusnya tidak boleh terjadi.

Pada hari H, pembicara yang lain menyatakan tidak nyaman dengan kursi kaku untuk demonstrasinya, dia hanya bisa bekerja dengan baik bila menggunakan sofa. Jujur, dalam hati saya mengumpat. Dia tahu apa yang dia butuhkan, tetapi kenapa tidak bilang dari awal. Saya kan bisa mempersiapkan terlebih dahulu. Sekali lagi, berkelabat dalam pikiran saya, ini seharusnya tidak boleh terjadi.

Pada akhirnya konferensi ini selesai juga dengan sukses, walaupun begitu banyak insiden yang seharusnya tidak boleh terjadi. Saat saya kembali kerumah, saya mampir untuk segelas kopi hangat. Di sebuah toko terdapat papan tulis dengan tulisan yang seolah-olah ditujukan pada saya.

"Hidup ini bukanlah 'Seharusnya....' Hidup adalah kenyataan yang ada."
Semoga cerita ini dapat membantu kita untuk lebih toleran terhadap keinginan orang lain, mengobati luka kecewa karena harapan kita untuk sempurna tidak tercapai. Banyak kejadian yang tidak terduga, namun bila sudah terjadi, mengumpat atau marah pada dunia dan mengatakan bahwa ini seharusnya tidak terjadi, tidak akan menyelesaikan masalah.
by George W Burns

Comments