Sudah sangat lumrah, di setiap pergantian tahun, banyak orang mulai membuat resolusi baru. Misalnya punya mobil baru, rumah baru, turun berat badan 10kg, atau sixpack dalam 6 bulan. Resolusi baru yang diiringi dengan motivasi baru. Namun tidak sedikit juga yang tidak memiliki motivasi untuk membuat resolusi baru. Dan mulai mencari kisah-kisah motivasi untuk menambah motivasi di tahun baru. Nah, mungkin Anda salah satunya, karena sampai ke web ini. Well, sahabat motivasi, Anda sudah berusaha membuka laptop atau smartphone, membuka web browser, dan mengetikan alamat website ini lalu mulai membaca kisah motivasi, Anda sudah cukup termotivasi...!!! Yak, segera tutup web ini dan mulai lah membuat resolusi baru dan kejar targetnya. Selamat Tahun Baru!
Saat ngobrol-ngobrol dengan kawan lama, tiba-tiba kawan saya itu menceritakan suatu kisah humor, seperti berikut ceritanya:
Alkisah ada seorang pengangguran, masa depan suram, utangan di warung menumpuk. Suatu malam ia begitu lelah dengan kemiskinannya. Kemudian dia berdoa pada Tuhan. "Tuhan, tolonglah, saya sudah lelah dengan kemiskinan. Tuhan tolong supaya saya bisa menang nomor undian berhadiah SDSB , Amin."
1 hari berlalu, 2 hari, seminggu. Akhirnya dia tidak tahan lagi. Tidak ada perubahan. Mulailah ia menggerutu dalam doanya, "Tuhan kok jahat, kok saya gak dikasih kaya, kenapa saya gak menang nomor"
Tiba-tiba ada suara dari langit, "Beli dulu nomornya, nak."
Pembaca, seringkali kita bertingkah seperti tokoh diatas. Kita cenderung menggerutu, kenapa tidak seperti ini, kenapa tidak seperti itu, maunya gampang, ingin cepat kaya tanpa mau melewati proses, ingin berubah tapi tidak mau mengalami proses. Ingin sukses tapi gak mau berusaha.
So, beli dulu nomornya nak!
Alkisah ada seorang pengangguran, masa depan suram, utangan di warung menumpuk. Suatu malam ia begitu lelah dengan kemiskinannya. Kemudian dia berdoa pada Tuhan. "Tuhan, tolonglah, saya sudah lelah dengan kemiskinan. Tuhan tolong supaya saya bisa menang nomor undian berhadiah SDSB , Amin."
1 hari berlalu, 2 hari, seminggu. Akhirnya dia tidak tahan lagi. Tidak ada perubahan. Mulailah ia menggerutu dalam doanya, "Tuhan kok jahat, kok saya gak dikasih kaya, kenapa saya gak menang nomor"
Tiba-tiba ada suara dari langit, "Beli dulu nomornya, nak."
Pembaca, seringkali kita bertingkah seperti tokoh diatas. Kita cenderung menggerutu, kenapa tidak seperti ini, kenapa tidak seperti itu, maunya gampang, ingin cepat kaya tanpa mau melewati proses, ingin berubah tapi tidak mau mengalami proses. Ingin sukses tapi gak mau berusaha.
So, beli dulu nomornya nak!
Comments