Sudah sangat lumrah, di setiap pergantian tahun, banyak orang mulai membuat resolusi baru. Misalnya punya mobil baru, rumah baru, turun berat badan 10kg, atau sixpack dalam 6 bulan. Resolusi baru yang diiringi dengan motivasi baru. Namun tidak sedikit juga yang tidak memiliki motivasi untuk membuat resolusi baru. Dan mulai mencari kisah-kisah motivasi untuk menambah motivasi di tahun baru. Nah, mungkin Anda salah satunya, karena sampai ke web ini. Well, sahabat motivasi, Anda sudah berusaha membuka laptop atau smartphone, membuka web browser, dan mengetikan alamat website ini lalu mulai membaca kisah motivasi, Anda sudah cukup termotivasi...!!! Yak, segera tutup web ini dan mulai lah membuat resolusi baru dan kejar targetnya. Selamat Tahun Baru!
Beberapa tahun yang lalu, saya mengalami hal yang buruk dengan kawan karib saya. Waktu itu, kami sedang bercakap-cakap sambil berjalan-jalan. Dia menatap saya, kemudian meludahi wajah saya. Ya… meludah di wajah saya. Saya ambil sapu tangan dan membersihkan wajah saya. Saya membungkam seribu bahasa, sambil berharap dia mengatakan sesuatu. Namun tidak ada kata-kata terucap darinya. Kami meneruskan berjalan-jalan.
Kami mulai bercakap-cakap lagi. Kemudian, dia menatap saya, mendekati wajah saya sekitar 6 inchi, dan… untuk kedua kalinya, dia meludahi saya lagi. (Saya bersumpah, ini kisah nyata). Mencoba untuk menjadi seorang gentleman, saya tidak mengatakan apa-apa. Saya lepaskan kacamata, mengelapnya dan membersihkan wajah saya, sambil berharap ia mengatakan sesuatu, namun kembali tiada kata terucap dari bibirnya.
Lalu, kami kembali berjalan-jalan. Dan tahukah Anda apa yang terjadi. Untuk ketiga kalinya dia meludahi saya. Ketiga kalinya!
Tahukah Anda yang saya lakukan, saya tidak melakukan apa-apa. Saya tidak berkata apa-apa. Tahukah Anda mengapa saya bertindak seperti itu?
Bila saya potong kisah diatas sampai disini, apa paradigma Anda ? Hmmm… pasti Anda akan berpikir, kurang ajar bener tuh. Punya kawan karib seperti itu sih mendingan nggak. Atau yang emosional akan berkata, kenapa gak di hajar aja temen kayak gitu.
Ok, apa yang akan Anda pikirkan bila saya katakan, kawan karib itu adalah Anak saya yang berumur 6 bulan. Yak… paradigma Anda akan berubah. Anda tidak akan marah. Anda akan merasa wajar dan “nrimo”, ok lah… bayi koq… wajar saja kalau dia melakukan hal seperti itu.
Kawan, paradigma kita akan menentukan tindakan kita atas sesuatu. Paradigma yang tepat dapat kita bentuk bila seluruh kejadian atau masalah telah kita analisa. Adalah perlu bagi kita untuk dengar sampai tuntas dengan kepala dingin suatu masalah . Apa jadinya bila Anda menyarankan saya untuk menghajar anak saya yang berumur 6 bulan. So, be proactive. don’t reactive.
kisah nyata ini diangkat dari buku “Make A Life Not Just A Living” karya Dr. Ron Jenson
Kami mulai bercakap-cakap lagi. Kemudian, dia menatap saya, mendekati wajah saya sekitar 6 inchi, dan… untuk kedua kalinya, dia meludahi saya lagi. (Saya bersumpah, ini kisah nyata). Mencoba untuk menjadi seorang gentleman, saya tidak mengatakan apa-apa. Saya lepaskan kacamata, mengelapnya dan membersihkan wajah saya, sambil berharap ia mengatakan sesuatu, namun kembali tiada kata terucap dari bibirnya.
Lalu, kami kembali berjalan-jalan. Dan tahukah Anda apa yang terjadi. Untuk ketiga kalinya dia meludahi saya. Ketiga kalinya!
Tahukah Anda yang saya lakukan, saya tidak melakukan apa-apa. Saya tidak berkata apa-apa. Tahukah Anda mengapa saya bertindak seperti itu?
Bila saya potong kisah diatas sampai disini, apa paradigma Anda ? Hmmm… pasti Anda akan berpikir, kurang ajar bener tuh. Punya kawan karib seperti itu sih mendingan nggak. Atau yang emosional akan berkata, kenapa gak di hajar aja temen kayak gitu.
Ok, apa yang akan Anda pikirkan bila saya katakan, kawan karib itu adalah Anak saya yang berumur 6 bulan. Yak… paradigma Anda akan berubah. Anda tidak akan marah. Anda akan merasa wajar dan “nrimo”, ok lah… bayi koq… wajar saja kalau dia melakukan hal seperti itu.
Kawan, paradigma kita akan menentukan tindakan kita atas sesuatu. Paradigma yang tepat dapat kita bentuk bila seluruh kejadian atau masalah telah kita analisa. Adalah perlu bagi kita untuk dengar sampai tuntas dengan kepala dingin suatu masalah . Apa jadinya bila Anda menyarankan saya untuk menghajar anak saya yang berumur 6 bulan. So, be proactive. don’t reactive.
kisah nyata ini diangkat dari buku “Make A Life Not Just A Living” karya Dr. Ron Jenson
Comments
Bagus see....lumayan ujaran paradigmanya
ok, banget