Skip to main content

Resolusi di Tahun Baru

Sudah sangat lumrah, di setiap pergantian tahun, banyak orang mulai membuat resolusi baru. Misalnya punya mobil baru, rumah baru, turun berat badan 10kg, atau sixpack dalam 6 bulan. Resolusi baru yang diiringi dengan motivasi baru. Namun tidak sedikit juga yang tidak memiliki motivasi untuk membuat resolusi baru. Dan mulai mencari kisah-kisah motivasi untuk menambah motivasi di tahun baru. Nah, mungkin Anda salah satunya, karena sampai ke web ini. Well, sahabat motivasi, Anda sudah berusaha membuka laptop atau smartphone, membuka web browser,  dan mengetikan alamat website ini lalu mulai membaca kisah motivasi, Anda sudah cukup termotivasi...!!! Yak, segera tutup web ini dan mulai lah membuat resolusi baru dan kejar targetnya. Selamat Tahun Baru!

Karya Jangan Dihambat Usia

Pembaca, sebenarnya tidak ada kata terlalu muda ataupun terlalu tua untuk mencapai apa yang ingin Anda raih.

Cobalah pertimbangkan kehidupan orang-orang ini: George Burns memperoleh piala Oscar ketika usianya sudah mencapai 80 tahun, Golda Meir menjadi Perdana Menteri Israel pada usia 71 tahun, Mozart baru berusia 7 tahun ketika komposisinya diterbitkan untuk pertama kali, Moses mulai melukis ketika dia berusia 80 tahun.

Dia telah menyelesaikan lebih dari 1.500 buah lukisan selama hidupnya, dan 25% dari lukisannya diselesaikan ketika dia berusia 100 tahun, Benyamin Franklin menerbitkan surat kabar ketika dia berusia 16 tahun, dan dia membantu menyusun kerangka UUD Amerika Serikat ketika dia berusia 81 tahun.

Michaelangelo berusia 71 tahun ketika dia mengukir Basilika St.Petrus, S.I. Hayakawa pensiun dari jabatannya sebagai rektor
Universitas San Fransisco ketika berusia 70 tahun, dan kemudian terpilih sebagai angggota Senat, Casey Stengel tidak ingin pensiun dari jabatannya sebagai manajer N-Y Mats hingga dia mencapai usia 75 tahun.

Demikianlah soal usia, semuanya adalah soal persepsi. Sayangnya, dalam hidup ini, soal usia ini, seringkali kita jadikan alasan. Gagal, seringkali kita cari alasan pada soal usia. Tidak mendapat kesempatan, seringkali pula usia yang dijadikan alasannya. Memang saat ini banyak organisasi dan perusahaan yang membatasi usia tertentu yang dianggap masih produktif. Ini adalah bagian dari aturan dalam perusahaan. Namun, semuanya kembali kepada diri kita sendiri.

Apakah kita menerima begitu saja aturan itu dan memberlakukannya dalam hidup kita? Kenyataannya, kita bisa melanggar aturan usia ini dalam soal kesuksesan pribadi. Tua, bukanlah inti masalahnya. Inti masalahnya adalah soal bagaimana kita mau belajar, berjuang, menggali pengalaman serta membangun kebijaksaan dalam hidup.

Di usia berapa pun, kita punya kesempatan mencoba, tidak perlu menyerah dan tetap punya peluang untuk sukses. Sukses, akhirnya, ada pada keinginan dan usaha Anda, bukan pada usia kita.

Tak harus lemah
Siapa bilang bahwa tua harus lemah? Realita menunjukkan bahwa tua tidaklah identik dengan lemah tak berdaya. Namun, acapkali kita mendengar bagaimana orang yang sudah tua, menggunakan ketuaannya sebagai alasan untuk ketidakproduktifann ya, untuk kealpaannya serta kekhilafannya.

Usia dalam kenyataannya bukanlah suatu pengambat untuk meraih yang lebih tinggi. Usia pun bukan kendala dalam hal karier dan kerja. Malahan, rambut putih adalah simbol kebijaksanaan dan pengalaman yang sangat berharga.

Orang Jepang sangat menghargai senioritas. Jabatan tertentu di perusahaan Jepang kadang disediakan hanya bagi mereka yang diprediksi telah berambut putih, lambang kematangan.

Mereka percaya bahwa pengalaman akan membuat orang menjadi dewasa. Ada tunjangan khusus bagi yang lama bekerja. Loyalitas dan usia, dihargai oleh mereka.

Celakanya, tidak semua orang tua menjadi matang. Banyak orang yang tua secara usia, namun secara mental, masih terbelakang. Orang ini tua secara badaniah namun sayang, kearifan serta kematangan tidak menyertainya. Tak heran jika ada pepatah, banyak orang menjadi tua tanpa pernah menjadi dewasa. Masalahnya, ketuaan tidaklah selalu samadengan kematangan. Nah, bagaimana membangun jiwa yang terus-menerus muda?

Always have fun
Laughter is the best medicine. Mungkin humor dan gembira, tidaklah lantas membuat penyakit dan permasalahan kita lenyap total. Tetapi dengan melihat hidup dari sisi yang ceria, hidup terasa menjadi lebih nikmat.

Lagipula, masalah hidup tidak pernah akan selesai. Ibarat gelombang, setelah surut, akan muncul pasang yang lain. Tetapi hati yang gembira adalah ibarat selancar yang membuat kita dapat menjalani segala pasang surut lautan kehidupan dengan rasa damai.

Itulah sebabnya mereka yang berusia panjang, cenderung memiliki rasa humor yang baik dalam hidupnya.

Hidup kini dan di sini
Kehidupan bukanlah melulu soal usia. Bruce Lee membuktikan bahwa meskipun hidupnya pendek, namun dia dikenang dengan kontribusinya yang luar biasa bagi martial arts, seni bela diri.

Itu sebabnya asalah satu rahasia awat muda yang lain adalah menikmati hidup kini dan di sini. Kuncinya terletak pada kerelaan kita melepaskan masa lampau serta tidak terlalu banyak khawatir akan masa depan. Seperti kata Bruce Lee, “Yang penting bukanlah seberapa panjang Anda hidup. Tetapi bagaimana Anda hidup itulah yang penting”. Nikmatilah tarikan napas Anda sekarang, itulah realita terpenting saat ini.

Fisik dan mental
Jangan membiarkan pikiran ataupun fisik menjadi terlalu lama beristirahat dan diam. Janganlah fisik kita, pikiran yang terlalu lama didiamkan pun akhirnya akan melemah.

Konon, sumber penurunan daya otak yang terpenting adalah karena membiarkan otak kita tidak bekerja sama sekali, atropi. Fisik kita pun mestinya senantiasa bergerak pula. Para dokter dan paramedis tahu, jika fisik dibiarkan terlalu lama di suatu tempat tanpa bergerak maka akan mulai muncul borok di badan.

Kenyataan pula, mereka yang berusia panjang ternyata masih memiliki kesibukan dan masih menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan di usianya yang telah menjelang Maghrib.

Jadi, benarlah kata iklan yang berbau motivasi, “Menjadi tua itu pasti. Tetapi, menjadi muda itu soal pilihan”.

Sumber: Karya Jangan Dihambat Usia oleh Anthony Dio Martin, Psikolog, penulis buku best seller EQ Motivator, dan Managing Director HR Excellency

Comments